Text
Studi Tafsir Klasik : Telaah Metodologi Tafsir dari Era Al-Farra sampai Abu Su'ud Al-Andalusi
Seorang ulama yang bernama Al-Isbahani pernah menyatakan bahwa semua hal yang berhubungan dengan Al-Qur'an, maka ia akan menjadi mulia. Malaikat jibril yang menjadi perantara turunnya al-Qur'an, menjadi malaikat yang paling mulia; bulan turunnya al-Qur'an, bulan Ramadhan menjadi bulan yang paling mulia; malam turunnya al-Qur'an, malam qadar menjadi malam yang paling mulia; demikian juga nabi yang menerima al-Qur'an, maka ia menjadi nabi yang paling mulia. Semua yang berhubungan dengan Al-Qur'an derajatnya akan menjadi mulia, salah satunya adalah tafsir al-Qur'an.
Para ulama ssejak dahulu sampai sekarang tidak pernah berhenti untuk menafsirkan al-Qur'an. Kontinuitas penafsiran tersebut terjadi karena adanya dialektika antara teks yang terbatas dengan konteks yang senantiasa dinamis. Diktum ak-Qur'an salih li kulli zaman wa makan meniscayakan adanya dinamitas penafisran tersebut. Sehingga para ulama pun seolah berlomba untuk senantiasa menghadirkan tafsir al-Qur'an, guna merealisasikan relevansi al-Qur'an pada setiap masa dan tempat. Di berbagai tafsir yang telah dibuat oleh para ulama terkandung banyak mutiara yang bisa dijadikan pelajaran bagi generasi kita bahkan generasi berikutnya. Sehingga mengkaji tafsir yang sudah ada sangat penting untuk dilakukan.
Tuliasan ini pada awalnya merupakan tugas kuliah mahasiswa pada mata kuliah "studi tafsir klasik" yang mengkaji metodologi tafsir terdahulu di mulai dari masa Al-Farra(w. 207 H) sampai dengan masanya Abu Su'ud Al-Andalusi (w. 982 H). Namun, karena dirasa sangat penting untuk dijadikan bahan bacaan bagi mahasiswa, maka tulisan ini diangkat menjdi sebuah buku sebagaimana yang pembaca saksikan sekarang. Harapan kedepannya semoga usaha ini bisa memberikan kontribusi yang baik untuk kemajuan ilmu poengetahuan dan tentunya semoga bernilai ibadah disisi-Nya.
T00078 | My Library | Tersedia |
Tidak tersedia versi lain